FreeDoM FighTeR

Sunday, August 13, 2006

Krisis Israel - Libanon: Momen Penyatuan Kaum Muslim

Memasuki hari ke 29, Israel sampai saat ini masih melancarkan sejumlah pengeboman udara dan tembakan artileri ke berbagai wilayah Libanon dan Palestina. Serangan yang dipicu karena “penculikan” seorang tentara muda Israel di Palestina dan 2 orang tentara Israel lainnya di Libanon selatan telah banyak menimbulkan korban jiwa maupun terluka di pihak warga sipil. Salah satu serangan paling berdarah Israel, yaitu ketika jet-jet tempur Israel mengebom desa Qana pada saat penduduknya sedang dibuai mimpi. Korban tewas mencapai 60 orang, 37 diantaranya anak-anak. Kementerian Kesehatan Libanon menaksir sekitar 1000 orang tewas dan 2000 lainnya luka-luka sejak kali pertama serangan dimulai. Sebagai reaksi atas apa yang berlaku, jutaan muslim dan non-muslim di seluruh dunia berdemonstrasi mengutuk kebiadaban Israel tersebut, mulai dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Iran, Irak, Suriah, Mesir, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Venezuela, dll. Di Jakarta, aksi sejuta umat yang diadakan selepas Jumat, 4 Agustus 2006 dan aksi serupa pada hari ahad lusanya , serta berbagai unjuk rasa yang dihadiri ribuan orang di berbagai kota-kota besar dunia menunjukkan kepedulian masyarakat dunia terhadap kejahatan kemanusiaan yang terjadi. Berbagai organisasi multinasional pun turut bersidang mencari solusi terhadap krisis ini, sebut saja PBB, Uni Eropa (UE), OKI, Liga Arab, ASEAN, dsb. Namun sampai saat ini belum ada tindakan tegas yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut terhadap Israel. Sejauh ini yang bisa disodorkan sebagai solusi ialah dilakukannya gencatan senjata dan dibentuknya zona penyangga di kawasan selatan Libanon yang dijaga tentara perdamaian PBB.


Sebagaimana telah diberitakan dalam berbagai media, krisis ini bermula dari “penculikan” tentara Israel bernama Gilad Shalit oleh pejuang Hamas, disusul kemudian dengan serangan pejuang Hizbullah ke pos perbatasan Israel – Libanon yang menewaskan 9 tentara Israel dan 2 lainnya tertawan. Penggunaan terma “penculikan” (kidnapping) yang selama ini selalu didengung-dengungkan Israel dan media-media arus utama sesungguhnya merupakan istilah yang keliru dan cenderung menyesatkan arti sebenarnya dari konflik yang selama ini terjadi antara Israel – Palestina maupun antara Israel – Hizbullah. Tentara-tentara yang katanya diculik itu bukanlah tentara yang sedang duduk-duduk di rumahnya tetapi merupakan tentara yang sedang bertugas di medan perang. Istilah yang tepat untuk situasi seperti ini ialah “penawanan” (capturing) yang sah-sah saja dilakukan oleh kedua pihak yang berperang. Tujuan penangkapan serdadu-serdadu Israel ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh pejuang-pejuang Hamas maupun Hizbullah adalah untuk ditukar dengan tawanan-tawanan Arab yang mendekam di penjara Israel yang diperkirakan jumlahnya mencapai 9000 orang. Yang menarik disini, ialah bahwa Israel tampaknya tidak tertarik dengan tukar-menukar tahanan tetapi kemudian menjadikan peristiwa ini sebagai justifikasi serangan membabi-buta di Jalur Gaza dan Libanon. Lebih menarik lagi, karena serangan Israel ke Libanon yang katanya untuk menghancurkan kekuatan Hizbullah ternyata mencapai Libanon utara bahkan sampai di perbatasan antara Libanon dengan Suriah, padahal kita tahu bahwa Hizbullah berada di Libanon selatan dan sama sekali tidak ada di Libanon utara. Target-target serangan Israel pun bisa dikatakan serampangan, karena lebih banyak mengenai bangunan sipil. Oleh karena itu, patut dicurigai adanya agenda terselubung di balik serangan ini. Sudah ratusan warga sipil Israel yang tewas akibat bom syahid para pejuang Palestina jauh sebelum insiden penawanan serdadu-serdadu Israel, namun mengapa baru setelah penawanan serdadu tersebut Israel kemudian membabi-buta bahkan mengirim Libanon kembali ke zaman batu. Seolah-olah perkara ini merupakan perkara hidup mati (Qadiya Masiriyya) bagi Israel.


Jika ditelusuri ke belakang, berbagai peristiwa yang terjadi di libanon nampaknya memiliki keterkaitan erat. Dimulai dengan terbunuhnya Rafiq Hariri, mantan PM Libanon, yang kemudian membuat Suriah angkat kaki dari Libanon. Setelah keluarnya Suriah-yang merupakan pendukung utama Hizbullah- dari Libanon, maka apa yang sedang berusaha dicapai Israel saat ini adalah melumpuhkan kekuatan Hizbullah sampai ke akar-akarnya dan memutus hubungan antara Hizbullah dengan Suriah dan Iran. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Menteri Pertahanan Israel, Amir Peretz yang mengatakan akan mengerahkan operasi darat besar-besaran. Untuk memutus hubungan Hizbullah dengan Suriah dan Iran, maka Israel menargetkan jalur-jalur transportasi seperti jalan dan jembatan. Serangan pertama Israel atas Libanon dimulai dengan pemboman atas Bandar Udara ibukota Beirut. Armada laut Israel pun telah mengepung pelabuhan-pelabuhan yang ada di pesisir Libanon. Sebuah bocoran dari Kementrian Pertahanan Amerika Serikat telah menyingkap agenda sebenarnya di kawasan tersebut. Dalam suatu wawancara dengan seorang staf Kementrian yang tidak bersedia disebutkan namanya, dikatakan bahwa AS memberi waktu satu minggu pada Israel untuk menghancurkan Hizbullah, setelah itu akan dibentuk zona penyangga sepanjang 19 kilometer dari perbatasan untuk mencegah serangan roket-roket Hizbullah ke Israel. Agenda AS di Timur Tengah nampaknya menginginkan musnahnya semua kekuatan yang menantang hegemoni AS dan mengancam eksistensi Israel.

Liga Arab dan OKI, seperti biasa, hanya “pandai”' menghasilkan slogan demi slogan, resolusi demi resolusi yang sekedar kecaman dan seruan tidak bermakna. Para anggota Liga Arab yang mengadakan sidang darurat guna membicarakan situasi di Asia Barat malah saling bertengkar mempersoalkan status tindakan Hizbullah menawan dua orang tentara Israel yang mengakibatkan serangan Israel atas Lebanon adalah tindakan yang sah atau tidak. Mereka tidak membincangkan bagaimana untuk menghadapi Israel atau sekurang-kurangnya mempersoalkan tindakan kejam Israel yang melakukan serangan brutal atas Lebanon, diantara wakil-wakil negara-negara Arab tersebut, hanya wakil Suriah yang berbicara lantang mendukung Hizbullah, wakil lainnya tidak berkomentar, sementara wakil Arab Saudi malah menjadikan Hizbullah sebagai “kambing hitam”.


Yang lebih menyedihkan lagi, kaum Muslim (terutama para penguasanya) hanya menganggap krisis Libanon dan Palestina sebagai masalah dalam negeri masing-masing. Komentar Presiden Mesir, Husni Mubarak, kiranya cukup untuk mewakili sikap penguasa-penguasa kaum Muslim sekarang ini. Dia menyatakan tidak akan membawa Mesir berperang dengan Israel, dengan alasan rakyat Mesir lebih butuh pembangunan daripada perang. Inilah manifestasi dari pemikiran kufur yang ada pada mereka, menganggap peperangan di Palestina dan Libanon sebagai masalah orang asing.

Sesungguhnya tidak ada alasan bagi Dunia Islam saat ini untuk takut kepada Amerika, apatah lagi Israel. Meskipun saat ini industri militer Dunia Islam nampak tertinggal dari Amerika, secara kuantitas, potensi tentara di Dunia Islam sesungguhnya sangat besar. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh CIA World Fact Book, potensi kekuatan tentara (military manpower availability) dan kelayakan untuk menyertai tentara (fit for military service) yang dimiliki oleh beberapa negeri Islam luar biasa. Dengan gabungan tentera Mesir, Irak, Iran, Pakistan, Turki dan Indonesia saja, potensi pasukan kaum Muslim yang tersedia berjumlah sekitar 162 juta. Jika dibandingkan dengan AS, potensi tentaranya hanya 79 juta, apalagi dengan Israel yang hanya memiliki potensi tentara sekitar 1.5 juta serdadu pria dan 1.4 juta serdadu wanita. Bukti yang ada sekarang sudah cukup menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang kuat. Walaupun Israel (sebuah negara) hanya meghadapi sebuah kelompok yaitu Hizbullah, ternyata sampai saat ini, Israel tidak mampu mengalahkan Hizbullah. Boleh dikatakan setiap hari ada saja muncul berita mengenai kekalahan di pihak Israel. Israel mengakui kehilangan 4 tentaranya pada Kamis lalu (20/07/06) Kemudian, 4 orang pasukannya terbunuh, dan 14 lainnya luka parah dalam satu pertempuran lain. Sumber-sumber Israel juga menyebut bahwa helikopter Apache miliknya telah jatuh diserang peluru kendali Hizbullah. Menurut Hizbullah, mereka juga berhasil meledakkan dua tank Mirkava milik Israel yang berusaha masuk ke wilayah Marun Ras, pada pagi Kamis. Televisi Al-Mannar menyebutkan, pasukan Hizbullah berhasil merampas sejumlah peralatan tentara Israel, seperti senjata, teropong infra merah, dan sejumlah peralatan lainnya. Selain peperangan yang sedang berlaku sekarang, kita juga masih belum selesai menyaksikan AS semakin hilang kekuatan di Irak. Walaupun perang telah dinyatakan selesai, angka kematian tentara AS semakin meningkat dari hari ke hari, yang kini mencapai lebih dua ribu orang. AS bukannya berhadapan dengan sebuah negara (Irak), tetapi hanya berhadapan dengan milisi-milisi dari kaum Muslim yang tidak dapat dikenal pasti oleh mereka. AS, sebagai sebuah negara super power dan mempunyai segala peralatan perang dengan teknologi canggih, berperang dengan milisi yang tidak jelas siapa dan kekurangan peralatan, tetapi gagal mengatasinya. Bayangkan , jika umat Islam disatukan dengan satu pemerintahan dan dipimpin oleh seorang Khalifah, maka saat kehancuran Amerika dan sekutunya Israel sudah pasti tidak dapat dielakkan lagi.


Rasulullah SAW telah melancarkan jihad atas Yahudi Bani Qainuqa hanya karena tersingkapnya aurat seorang muslimah. Khalifah al-Mu'tasim Billah dengan sigap membela seorang muslimah yang kehormatannya diganggu oleh tentara Romawi di kota Amuria. Hanya karena membela seorang rakyatnya yang dinodai, sang Khalifah mengirimkan ratusan ribu pasukan kaum Muslim hingga berhasil menaklukkan kota tersebut. Demikian pula Khalifah Abdul Hamid II yang mati-matian mempertahankan tanah Palestina dari berbagai usaha Yahudi untuk mendudukinya, karena keyakinan beliau bahwa tanah Palestina adalah tanah umat Islam yang wajib dijaga oleh seorang Khalifah. Kini tiba saatnya bagi kaum Muslim untuk bersatu melawan penjajah AS dan Israel di bawah naungan Khilafah. Kiranya kita patut merenungkan firman Allah SWT dan hadis Rasulullah SAW berikut:

la-in ukhrijuu laa yakhrujuuna ma'ahum wala-in quutiluu laa yanshuruunahum wala-in nasharuuhum layuwallunna al-adbaara tsumma laa yunsharuuna

Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tiada akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi; niscaya mereka tiada akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat pertolongan. (al-Hasyr:12).

laa yuqaatiluunakum jamii'an illaa fii quran muhashshanatin aw min waraa-i judurin ba/suhum baynahum syadiidun tahsabuhum jamii'an waquluubuhum syattaa dzaalika bi-annahum qawmun laa ya'qiluuna

[59:14] Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.

Dalam suatu hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Tidak akan kiamat sampai kalian memerangi kaum Yahudi. Lalu kaum muslimin membunuh mereka, sehingga kaum Yahudi bersembunyi di belakang batu (tembok) dan pohon, namun batu dan pohon itu akan berkata: 'Wahai hamba Allah, wahai muslim, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah! Kecuali pohon Gharqad, karena ia adalah pohon Yahudi" (HR. Bukhari).

Wallahu a'lam bis shawab


0 Comments:

Post a Comment

<< Home